Minggu, 07 November 2010

Haflah Takhrij Tp. 2009

 Panggung Utama Haflah Tahriej 2009, 
Al-hamdulillah murni karya santri kelas 2 ponpes Birrul Walidain


Team Marawis biasa menghibur sambil menunggu para tamu undangan hadir. 
Yaa biar ga kesel aja, daripada mundar-mandir ga karuan.


Qori Terbaik 2009 tingkat RT (hehe) Akh. Budiyanto melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dan Saritilawah ukht Ipit sebelum acara dikawitan (dimulai maksudnya)

Ini Team Volksong Putri, lumayan menyumbangkan 2 buah lagu 
untuk kakak kelasnya yang lulus tahun ini.

Nah, kalau yang ini Team Volksong Putra. Latihannya kayanya kurang tuh, 
abis ada yang keliatan salah geraknya.. gpp lah namanya juga dadakan


Team Qasidah juga ga mau ketinggalan menyumbangkan kemampuannya 
untuk memberikan semangat pada kakak kelasnya.

Inilah mereka yang lulus tahun pelajaran 2009, yang terkumpul dalam wadah GENTRIAS.
selamat berjuang menatap hari esok yang lebih cerah


SIMAK LAGI YUK, URAIAN PESAN DAN KESAN 
Bpk. PIMPINAN PONDOK PESANTREN BIRRUL WALIDAIN 
KEPADA PARA ALUMNINYA


بسم الله الرحمن الرحيم  

Anak-anakku tercinta !
Telah banyak hal dan pelajaran yang kamu peroleh selama di pondok ini, saat kamu datang pertama ke pondok ini dengan diantar oleh orang tuamu, saudaramu, temanmu, disambut oleh panitia penerimaan siswa baru, sampai sekarang ini kamu telah tinggal  di sini dari 1, 2 sampai 3 tahun. Anak-anaku telah merasakan dan mengerti apa itu disiplin, bagaimana cara belajar yang baik, suka duka tinggal di pondok, latihan bermasyarakat melalui OSIS dan Pramukanya, praktek mengajarnya, suasana pendidikan dan pengajarannya, serta pembangunan sarana dan prasarananya.

Anak-anaku, 
Telah banyak pula pelajaran yang kamu peroleh selama kamu bergaul dengan teman-temanmu, dengan anggota-anggota kamu selama menjadi pengurus. Sebagai kenangan pula dapatlah kamu hitung, berapa piring nasi yang telah kamu makan, berapa gelas air yang telah kamu teguk, berapa ember air yang telah kamu gunakan untuk mandi dan bersuci.

Anak-anakku tercinta ! 
Peristiwa ini seolah belum lama terjadi dan masih terbayang di benak anak-anaku dan sungguh sangat berat artinya karena menempa anak-anakku sejak tinggal di sini 1 (satu) tahun sampai 3 tahun. Berapa banyak teman-temanmu yang tidak sampai batas, ada karena biaya, sakit, disiplin dan lain-lain. Bersyukurlah! jadikan hal ini sebagai tonggak untuk berjalan selalu sampai ke batas, pantang mundur dalam bercita-cita, siap menghadapi suka dan duka, karena itu kemestian hidup.

Bersyukurlah anak-anakku kepada Allah yang telah memberi kesempatan yang baik dalam kehidupan ini, berterima kasihlah kepada guru-gurumu yang telah memberimu pendidikan dan pengajaran, jangan lupakan jasa-jasa mereka sekecil apapun, apalagi kepada kedua ibu bapakmu yang menyanyangimu dan mendidikmu sejak kecil. Anak-anakku telah tumbuh menjadi besar, dewasa, berpengetahuan dan berpengalaman karena jasa itu. Jangan angkuh dan sombong, sampai merasa bahwa semua keberhasilan anak-anakku tanpa bantuan orang lain, lupa daratan, Na’udzubillahi min dzalik…

Anak-anakku tercinta !
Kemana anak-anakku akan pergi setelah menjadi alumni Birrul Walidain ini?

Pertama, perlu anak-anakku mengetahui bahwa apa yang diperoleh oleh anak-anakku selama di pondok ini adalah baru kuncinya saja, pondok ini tidak memberikan nasi untuk langsung dimakan, tetapi memberikan benih padi untuk ditanam, dan kunci untuk membuka pengetahuan ini adalah bahasa; bahasa Arab dan bahasa Inggris itupun harus diperbaiki dan diperdalam lagi sehingga dapat dijadikan alat membuka pengetahuan agama maupun umum. Kemudian datangilah toko-toko kitab, beli kitab apa saja, datangilah pesantren-pesantren, belajarlah bagaimana cara mempelajari, mengkaji dan mendiskusikannya.

Kedua, apabila semangat belajar masih ada dan kemampuan biaya ada serta kemampuan otak masih ada, anak-anakku bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Dalam memilih perguruan tinggi jangan karena di kota besar atau di kota kecil, jangan karena teman, jangan pula karena kalau tidak jadi mahasiswa gengsinya turun serta jangan karena jaketnya, tetapi niatlah betul-betul thalabul ilmi karena Allah.
Ketiga, yang tidak boleh anak-anak lupakan adalah bahwa “segala ilmu yang telah ananda peroleh di pondok ini hendaklah ananda amalkan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain,” Ingat bahwa masyarakatmu selalu memperhatikan dan menantikan kehadiran anak-anak, maka janganlah anak-anakku mengecewakan mereka. Berbuatlah sesuatu yang baik danberharga untuk mesyarakatmu. Karena mereka pun telah banyak berbuat untuk kesuksesanmu setidak-tidaknya dengan doa.

Keempat, bahwa Birrul Walidain ini adalah almamatermu, lembaga ini merupakan wakaf umat, maju mundurnya adalah tanggung jawab semua, apalagi anak-anakku sebagai alumni, tentu lebih besar dan harus lebih besar lagi tanggung jawabnya terhadap kelangsungan lembaga ini. Berjuang untuk Birrul Walidain, bukan berarti anak-anakku harus tetap di sini, di manapun kelak adanya ananda bisa melakukannya, ananda mengamalkan ilmu itupun berarti berjuang untuk pondok ini. Apalagi kalau anada mau korbankan harta, pikiran dan tenaga sekaligus nanti.

Kelima, apabila anak-anaku betul-betul kembali ke masyarakat, curahkanlah segala pengabdian untuk mereka karena Allah dengan sepenuh hati, jangan banyak menuntut. Berjasalah kepada mereka kepada umat ini dan jangan minta jasa. Mereka akan melihat sepak terjangmu, keikhlasanmu, jerih payahmu, hasil karyamu. Mereka akan mengangkatmu, menghormatimu karena hasil karya dan jasamu itu. Tidak usah anak-anakku menuntut untuk dihormati tetapi dengan sendirinya mereka akan menghormatimu dan menghargaimu. Jangan merasa turun martabatmu karena kamu turut mengangkat batu bergotong royong dengan masyarakat. Tinggi rendahnya nilai dirimu bukan karena kasar atau halusnya pekerjaanmu, tetapi baik atau buruk halal atau haram pekerjaan itu.

Keenam, datangilah majelis-majelis pengajian dan mudzakarah, ceramah-ceramah, dan seminar, dengarkanlah saran, nasehat, untaian kata yang disampaikan oleh ulama dan cendekiawan, jangan merasa sok, merasa sudah cukup. Berlakulah seperti padi, makin berisi makin merunduk, jangan seperti tong kosong nyaring bunyinya. Manakah yang lebih baik:
1.      Orang yang tidak tahu tapi merasa tahu,
2.      Orang yang tahu tapi merasa tidak tahu,
3.      Orang yang tidak tahu dan ia merasa tidak tahu,
4.      Orang yang tahu dan ia menyadari bahwa ia tahu.”

Ketujuh,  lapangan perjuangan dan pengabdian anak-anakku sungguh banyak, antara lain: dakwah, pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, politik dan lain-lain. Pesan ustadz:
”Jadilah muslim di semua lapangan yang akan ananda terjenu itu. Apabila anak-anaku kelak menjadi pemimpin maka jangan lupa daratan, lupa menengok ke belakang siapa yang mendukung dan untuk apa dan siapa anak-anakku berjuang, jangan memecah belah umat karena kepentingan pribadi, jadilah perekat umat dan jangan khianat, apalagi anak-anakku kjadi pengikut setia suatu golongan atau partai politik, maka jangan larut sehingga tidak tahu kalau imamnya batal masih diikuti juga.

Kedelapan, Saya teringat dengan pesan guru saya, Drs. K.H. Sulaeman Ma’ruf, ”Saya lebih menyukai alumni pondok ini yang kembali ke masyarakat, mengajar ngaji di surau yang kecil daripada menjadi orang besar tapi lupa kepada umatnya, khianat,” Anak-anakku, tanamkanlah aqidah  ke dalam hati sanubari umat di manapun kelak anak-anakku hidup dan berjuang. Sebarkanlah ilmu pengetahuan agama maupun umum kepada mereka. Dengan cara ini anak-anakku tambah dalam pengertiannya, tambah luas wawasannya, tambah yakin akan janji Allah. ”Barang siapa yang mengajarkan ilmu pengetahuan niscaya Allah memberikan ilham (mengajari) sesuatu yang belum is ketahui.” Anak-anakku akan merasakan nikmat tersendiri, melihat murid-muridmu tumbuh berkembang, rajin belajar, tumbuh dewasa dan bertanggung jawab, janganlah anak-anakku menjadi orang yang tidak diketahui rimbanya setelah tamat.

Kesembilan, janganlah anak-anakku mencoba-coba melanggar ajaran Allah, meskipun sedikit, karena yang sedikit itu kalau dibiarkan akan menjadi terbiasa dan besar.

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Ankabut:69)

Akhirnya makin banyak yang mendukung dan membantu insya Allah di masa yang akan datang akan bertambah banyak lagi yang mendukung. Asal perjuangan mereka yang jadi pimpinan, keluarganya dan pengurusnya serta dewan gurunya fillah (di jalan Allah) Insya Allah Birrul Walidain tetap jaya.





Demikian pula anak-anakku sekalian, apa yang anak-anakku cita-citakan pasti berhasil, asal ada keyakinan, kesungguhan dan niat lillahi ta’alaa. Pasti berhasil, pasti bisa hidup.
.......... barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At-Thalaq:2-3)

Sebenarnya telah banyak nasehat dan wasiat yang telah anak-anakku dengar selama tinggal di pondok ini. Tapi sebagai seorang Bapak yang sayang kepada anaknya, tak ingin anak-anaknya yang hendak pamit, dibiarkan begitu saja tanpa ucapan hati-hati dan selamat jalan.

Berat rasanya perpisahan ini, namun kalaulah itu dilaksanakan demi misi dan perjuangan yang suci dan asalkan itu mendapat ridla Allah, beban itu terasa ringan. Semoga Allah selalu memberi hidayah, taufik dan inayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Picung, 15 Juni 2009
Khadimul Ma'had,



Ust. Abd. Wahid Al-Faqier




Tidak ada komentar:

Posting Komentar